Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa
pembelajaran inquiry mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
A. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam
tahap orientasi ini adalah:
·
Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan
dapat dicapai oleh siswa
·
Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta
tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai
dengan merumuskan kesimpulan
·
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini
dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
B. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa
siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki
dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari
jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam
pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berpikir.
C. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan
kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan
berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban
sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari
suatu permasalahan yang dikaji.
D. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring
informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat
penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
E. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban
yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan
berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan
dan dapat dipertanggungjawabkan.
F. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana
yang relevan.
Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih
baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika
mereka dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” penyelidikan. Investigasi yang
dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung pembelajaran dengan pendekatan
inquiry. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan
meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa
pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut.
Pembelajaran dengan pendekatan inquiry yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajar dan sikap anak terhadap pelajaran matematika, khususnya
kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa. Pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya
menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas
dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang
belajar, peranan guru dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah
sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang
perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa
masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah
menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah.
Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap
kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.
Dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas,
guru mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru
harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga
tahap: (1) Tahap problem solving atau tugas; (2) Tahap pengelolaan kelompok;
(3) Tahap pemahaman secara individual, dan pada saat yang sama guru sebagai
instruktur harus dapat memberikan kemudahan bagi kerja kelompok, melakukan
intervensi dalam kelompok dan mengelola kegiatan pengajaran.
Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis
berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan
yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri
tersebut adalah:
1. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan
inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi
pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif
dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri
terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan
pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada
bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep
pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang
relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara
individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara
mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan
memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak
memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut
dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri.
Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi
arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran
matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja
siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus
memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan
petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.
2. Inkuiri Bebas (free inquiry approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi
siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam
pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti
seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk
diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang
prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan
atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan
metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open
ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara,
karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri.
Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau
belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai
beberapa kelemahan, antara lain: 1) waktu yang diperlukan untuk menemukan
sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam
kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan
yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks
yang ada dalam kurikulum, 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau individual
mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk
memeriksa hasil yang diperoleh siswa, 4) karena topik yang diselidiki antara
kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual
lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual
tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
3. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan ( modified
free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau
modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri
terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan
dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum
yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau
menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar
dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap
memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri
terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru
membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara
mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya.
Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka
bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh
yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan
siswa dalam kelompok lain.
Sumber referensi :
Sanjaya, Wina. Dr. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Komentar
Posting Komentar