PENDEKATAN SAINTIFIK DAN KONTEKSTUAL
1. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi
langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.Model
pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan
berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir
kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989). Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah
yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil, 1996), bukan
saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang
lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu
diperoleh peserta didik (Zamroni, 2000; &Semiawan, 1998).
Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan
hal-hal berikut;
- Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Untuk pengetahuan faktual dan konsepetual, guru dapat memilih Discovery Learning, sedangkan untuk pengetahuan prosedural Project Based Learning dan Problem Based Learning.
- Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari KI- 4. Untuk keterampilan abstrak, guru dapat memilih Discovery Learning dan Problem Based Learning, sedangkan untuk keterampilan konkrit menggunakan Project Based Learning.
- Karakteristik sikap yang dikembangkan, baik sikap religious (KI-1) maupun sikap sosial (KI-2)
2. Pendekatan kontektual
(Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep
itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pendekatan kontekstual Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment).
Agar pembelajaran terus
menerus membangkitkan kreativitas dan keingintahuan peserta didik, kegiatan
pembelajaran berbasisis kompetensi dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
1. Menyajikan
atau mengajak peserta didik mengamati fakta atau fenomena baik secara langsung
dan/ atau rekonstruksi sehingga siswa mencari informasi, membaca, melihat,
mendengar, atau menyimak fakta/fenomena tersebut
2. Memfasilitasi
diskusi dan tanya jawab dalam menemukan konsep, prinsip, hukum,dan teori
3. Mendorong
peserta didik aktif mencoba melaluikegiatan eksperimen
4. Memaksimalkan
pemanfaatan tekonologi dalam mengolah data, mengembangkan penalaran dan memprediksi fenomena
5. Memberi
kebebasan dan tantangan kreativitas dalam mengomunikasikan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang dimiliki melalui presentasi dan/atau unjuk karya dengan
aplikasi pada situasi baru yang terduga sampai tak terduga.
sumber referensi :
Pembelajaran Mata Pelajaran Fisika. Direktorat Pembinaan Sma, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2014
Supriyadi. 2008. Seri Strategi Dan Managemen Pembelajaran
Fisika. Yogyakarta : Tempelsari Books Co
Komentar
Posting Komentar